Selasa, 01 April 2014
TUGAS INDIVIDU DOSEN PEMBIMBING
Etika Guru
Ibu Dra. Hikmawati M.Pd.
GURU,
SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah Etika Guru
Disusun Oleh:
Nama :
Vivih Ismayanti
NIM :
12.12.0871
Semester :
V
Jurusan :
Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL
FALAH BANJARBARU
2013-2014
KATA PENGANTAR
Alhamduliahirrobil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT. Dzat yang
telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya, menyempurnakannya
dengan akal dan membimbingnya dengan menurunkan para utusan pilihanNya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada manusia pilihan, yang semua
sabda dan perilakunya menjadi uswah bagi manusia, Rasulullah Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, para tabiin dan mudah-mudahan sampai kepada
kita selaku umatnya. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Ibu Dra. Hikmawati M.pd yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini, namun
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi khazanah
keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua juga menjadi asbab hidayah
ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan keistiqamahan
didalam menuntut ilmu. Aamiin.
Landasan Ulin, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………….…………………ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………… 2
BAB II. ISI
A. Guru Dan Keutamaannya Dalam Islam...…………………………………… 3
B. Prinsip
Mendidik Dalam Islam ………………………………………6
C. Sekolah .………………………………………
9
D. Lembaga Pendidikan …………………………………………9
BAB III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. iii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI
MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan
lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki
manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada
Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan
lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal
dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan
justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah.
Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Padahal
Allah telah berjanji akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang berilmu,
dan Allah menyebutkan bahwa orang yang berilmu itu begitu istimewa sebagaimana
Allah telah berfirman dan Rasulullah telah bersabda:
“Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. AL Mujadillah :11)[1]
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.”(QS Az Zummar :
9)[2]
“Derajat
ulama lebih tinggi tujuh ratus derajat diatas orang beriman, dimana jarak
antara satu derajat ke derajat lannnya adaalah tujuh ratus tahun”.(al-Hindi,
Kanz al-‘Ummal(28797), ia
menyandarkan hadits ini kepada Ibnu Abd al-Barr dalam Jami Bayan al-‘Ilmi.)[3]
Dalam keseluruhan
proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik
adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik
memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu
memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.[4]
Seorang guru harus
mampu memberikan prinsip motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi
tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Maka
dalam makalah ini saya akan membahas tentang guru/pendidik, yaitu pendidik
harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui
tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam
bidangnya. Juga Apa kaitan antara Guru, sekolah dan Lembaga Pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
dari guru/pendidik?
2.
Bagaimana kriteria guru yang baik dalam
islam?
3.
Apa hubungan antara guru, sekolah dan
lembaga pendidikan?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian guru/pendidik.
2.
Mengetahui kriteria guru yang baik dalam
islam.
3.
Mengetahui hubungan antara guru, sekolah dan
lembaga pendidikan.
BAB
II
GURU,
SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
A.
Guru
dan Keutamaannya dalam Islam
Pengertian guru menurut bahasa yaitu
guru berasal dari bahasa Arab yang
dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu
dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).[5]
Sedangkan guru menurut istilah yaitu
tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
di perguruan tinggi(Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003).[6]
Pendidik dalam islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif,
maupun psikomotorik.
Adapun keutamaan seorang pendidik telah disinggung
sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ
حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا
يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ
النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata,
telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari
Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus
dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama
hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin
dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan
kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhari dan
Muslim)[7]
Hadits
ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu bukan menghapusnya
dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh
Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan
sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar
keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama
tidak berilmunya. Hadist ini kemudian menjelaskan akibat yang sangat fatal bila
seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan
dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan
tanpa didasari oleh ilmu.
Hadits ini
menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, guru yang benar
sumber ilmunya. Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.”
Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan
“Barang siapa yang mempelajari ilmu dari
hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak,
hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya
guru.
Sangat
jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini seharusnya
disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam
memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan
meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan
bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا (مسلم)
Artinya
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il
yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak
kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa
sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikitpun.”(HR Muslim)
Hadits ini
menerangkan bahwa ganjaran bagi mereka yang mengajarkan sebuah kebaikan tidak
akan terputus ketika mengajak saja, bahkan pahala kebaikan itu akan tetap
mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa yang diperintahkan. Posisi guru
sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik kepada murid akan sangat mulia dan berharga,
karena setiap kali murid melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar
itu pula balasan yang didapat guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa
saja untuk tidak segan-segan memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada
siapapun, karena pahala dan kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat
dia, tetapi buat yang mengajak dan mengajarkan kebaikkan. Kemulian yang sangat
luar biasa bagi seorang yang mengajarkan ilmu.
“Golongan yang memperoleh syafaat
pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah)
Bagaimana
teristimewanya dan mulianya orang yang berilmu sehingga ia akan mendapatkan
syafaat dengan urutan setelah para nabi dan sebelum para syuhada.
Ada begitu
banyak hadits dan ayat Al Qur’an yang membahas keutamaan orang yang berilmu dan
mengamalkan ilmu. Tapi hanya beberapa hadits dan ayat Al Qur’an membuat kita
para calon pengajar yang pekerjaannya Insya Allah mengamalkan dan mengajarkan
ilmu menjadi tergiur dengan pahala yang begitu besar.
B.
Kriteria
Guru Yang Baik Dalam Islam
Seorang guru
harus mampu memberikan motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi
tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Adapun hadits yang berkenaan dengan hal ini yaitu:
1. Hadits
tentang pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan.
عَنْ اَبِي
مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ
اَحَدً مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا
وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW
apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian
perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan
janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan
janganlah kalian mempersulit “. (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Nilai Pendidikan:
a. Hendaknya
seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya dengan sesuatu yang mudah
dimengerti dan dicerna oleh anak didik
b. Hendaknya
seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh kaku, sesuaikan dengan kondisi
anak dan humor itu perlu.
c. Berilah
kasih sayang agar anak/peserta didik selalu dekat dengan guru
Motivasi sebagai
suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a. Memberi
semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat dan siaga.
b. Memusatkan
perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan belajar.
2. Hadits
tentang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
“Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw
bersabda: “saya diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan
kemampuan akalnya”.[8]
(Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Seorang guru
harus memahami kondisi muridnya, sehingga dia tidak bersikap arogan atau memaksakan
kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual
murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Nabi Khidr pada Q.S Al
Kahfi:67-68):
. اصَبْرً مَعِىَ تَسْتَطِيعَ لَن إِنَّكَ قَالَ
.اخُبْرًۦبِهِ تُحِطْ لَمْ مَا عَلَىٰ تَصْبِرُ وَكَيْفَ
Artinya:“Dia menjawab: “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersama aku . Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (QS. Al.Kahfi : 67-68)
Ketika Nabi Musa
mengajukan keinginannya untuk belajar dan mengikuti Nabi Khidr as, dia tahu
persis bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup mengikutinya. Dia tahu bahwa Nabi
Musa adalah seorang yang keras dan emosional serta orang yang paling tidak bisa
bersabar. Dan hal itu dipahami oleh Nabi Khidr sebagai guru yang
baik.
Begitulah sikap
seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, karakter
kepribadian, dan kemampuan peserta didiknya dengan baik. Agar para guru dapat
memberikan materi dan metode yang benar dalam menjalankan proses belajar dan
mengajar.
عن أنس بن مالك؛
قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((طلب العلم فريضة على كل مسلم.وواضع
العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)).
Artinya: “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari
ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada
tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Hadits tersebut
menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap
muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari
ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi
mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan
emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya
sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu
tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu
tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia.[9]
3. Hadits
tentang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya
عن أبي هريرة
قال:بينما النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى
الساعة؟. فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال
فكره ما قال. وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين - أراه - السائل
عن الساعة). قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة).
قال: كيف إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya :“Abu hurairoh berkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW bercengkrama dengan
kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan
kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum
telah mendengar apa yang dikatakan oleh orang badui sehingga mereka tidak
senang terhadap Rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum
lain bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan
pembicaraannya. Rasulullah bertanya: “dimana orang yang ingin mengetahui
tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: “saya ya rasul”, kemudian
Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah
disia-siakan”. Lalu orang badui itu kembali bertanya: “bagaimanakah amanah itu
disia-siakan?”, Rasulullah menjawab: “ketika sebuah urusan diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.(HR Muslim)
Nilai pendidikan dalam hadits
tersebut adalah :
a. Setiap
pekerjaan harus dilakukan secara professional
b. Suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan timbul
kehancuran.
c. Pendidik
juga harus konsekuen dengan apa yang diajarkannya, yakni mampu melaksanakan
atau mengerjakan.
Menurut Al
Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain
cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi
muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik
dan mengarahkan anak-anak didiknya.
C.
Sekolah
Sekolah adalah
sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid")
di bawah pengawasan guru.
Peran sekolah sebagai lembaga yang membantu
lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta
memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarganya.
Sebagai lembaga
pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien
dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara.
Ada beberapa karateristik proses pendidikan
yang berlangsung di sekolah yaitu;
a. Pendidikan
diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hirarki.
b. Usia
anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
c. Waktu
pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan.
d. Materi
atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e. Adanya
penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang
akan datang.
D.
Lembaga Pendidikan
Kata
lembaga dalam kamus bahasa indonesia
modern adalah asal mula, bakal, bentuk asli, badan keilmuan. Dalam bahasa
Inggris lembaga dalam pengertian fisik disebut institute, sarana (organisasi)
untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan lembaga dalam pengertian non fisik
atau abstrak adalah institution, suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan di Indonesia
dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:[10]
1. Lembaga
pendidikan jalur formal
a. Lembaga
pendidikan prasekolah(PAUD, TK)
b. Lembaga
pendidikan dasar(SD, SMP)
c. Lembaga
Pendidikan menengah(SMA, SMK, dll.)
d. Lembaga
Pendidikan Tinggi
2. Lembaga
Pendidikan jalur nonformal
3. Lembaga
pendidikan jalur informal pada keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian guru
menurut bahasa yaitu guru berasal dari
bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim
atau al-ustadz yang bertugas
memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).
Pendidik dalam
islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek
afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Prinsip mendidik
dalam islam yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan
memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta
pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Menurut Al
Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain
cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi
muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik
dan mengarahkan anak-anak didiknya.
Kaitan antara
guru, sekolah dan lembaga pendidikan yaitu sekolah merupakan lembaga
pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dan guru adalah orang yang
mengajar disekolah. Tanpa adanya guru sebuah sekolah tidak bisa berfungsi,
begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta
Timur: CV Darus Sunnah.
Ghazali, Imam. 2010. Ringkasaan
Ihya’ ‘Ulumuddi. Jakarta: Sahara Publishers.
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24
Oktober 2013, 10.32 WITA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Shabir, Muslich. 2004. Terjemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Suparlan. 2006. Guru
Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
DAFTAR
PERTANYAAN DAN JAWABAN
PRESENTASI
MAKALAH
1. Mahbubah
Dalam makalah anda dilatar belakang ada kalimat “Dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah”.
a. Seperti yang sudah diketahui bahwa
pendidikan di Indonesia seperti itu. Ketika faktanya demikian, menurut anda apa
atau siapa yang salah, salah guru/ pemerintah atau orang tua?
Jawab:
mungkin jawaban saya akan sediki
controversial ya. Saya tertarik dengan perkataan Angelina Sondakh terpidana
korupsi dia berkata bahwa:”Saya akui
bahwa system di Indonesia terlalu mahal, sehingga saya harus korupsi untuk
mengembalikan modal saya selama pemilu”. Dan perkataan Mahfud Md mantan ketua MK: “Malaikatpun jika masuk kedalam system di
Indonesiaia akan menjadi Iblis”. Itu adalah perkataan mereka yang
katakanlah mereka tidak paham benar islam, mereka tahu bahwa permaslahan yang
terjadi di Indonesia adalah karena sistemnya yang salah. Begitu juga dengan
amburadulnya pendidikan di Indonesia, saya tidak akan menyalahkan orang tua
atau guru, tapi saya menyalahkan system. Systemnya yang salah, karena
ketidakbermoralan oaring-orang terdidik dan kesengasaraannya merata. Hampir
diseulruh Indonesia, itu karena kita memakai system yang sama, walaupun
orang-orangnya berbeda. Jika kemerosotan ini kesalahan guru/ orang tua tentunya
hanya terjadi di beberapa daerah saja yang notabenenya
mereka guru yang tidak baik atau orang tua yang tidak baik. Tapi kemerosotan di
Indonesia begitu merata diseluruh kota/ pulau di Indonsia. Yang berarti ini
merupakan kekuatan yang besar yaitu kekuatan sistem yang salah.
b. Dan
bagaimana solusinya?
Jawab:
Setelah melihat akar permasalahn diatas,
bagaiman solusinya? Ya tentunya dengan mengganti sistem tersebut. System yang
seperti apa? Tentunya system yang telah teruji mampu mengatasi semua
problematika ummat dan pendidikan yang kita hadapai yaitu menggantinya dan
menerapkan system pendidikan islam. Adapan usaha yang kita lakukan sebagai guru
sebelum penggantian sistem ini yaitu mengubah orientasi kita dari yang tadinya
mengajar untuk mendapatkan uang, menjadi mengajar untuk mendapatkan pahala.
2. Sarinah
Tolong jelaskan
maksud dari karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu:
a) Pendidikan
diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hirarki.
Jawab:
Maksudnya adalah pendidikan
didelenggarakan oleh sebuah institusi atau lembaga khusus dan dibagi kedalam
jenjang misalnya jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama yang memiliki
hubungan yang hirarki yaitu memiliki hubungan yang satu dengan yang lainnya itu
saling berkaitan. Misal dari jenjang PAUD ke TK dulu, baru ke SD, SMP, SMA dan
seterusnya. Jenjang tersebut tidak bias dilangkahi. Misal dari PAUD langsung ke
SMA.
b) Usia
anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
Jawab:
Homo itu artinya sama, sejenis.
Maksudnya usia anak disuatu jenjang itu relative sama. Misal usia anak kelas 1
SD rata-rata usianya 7 tahun. Tidak usia anak kelas 1 SD ada yang 3/15/10
tahun.
c) Waktu
pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan.
Jawab:
iya. Karena telah ditentukan oleh
pemerintah. Seperti jenjang SD waktu tempuh pendidikannya 6 tahun. Jenjang SMP
dan SMA 3 tahun. Dst.
d) Materi
atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
Jawab:
Ya benar sperti yang telah kita ketahui
dijenjang sekolah umum bahwa rata-rata materinya bersifat akademis dan umu
seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika sementara agama
hanya 1 minggu sekali selama 2jam.
e) Adanya
penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang
akan datang.
Jawab: Benar. Selama
ini kurukulum sering diganti merupakan salah satu usaha agar pendidikan mampu
menjadi sebuah jawaban kebutuhan dimasa yang akan dating.
3. Helmi
Dalam makalah
anda didebutkan bahwa seorang guru harus memiliki prinsip motivasi dan
memudahkan anak muridnya.
a) Sebutkan
contoh motivasi yang harus dimiliki oleh guru!
Jawab:
ada begitu banyak motivasi yang harus
dimiliki guru seperti yang telah dibahas pemakalah sebelumnya. Ya menurut saya
tentunya secara umu guru harus ampu memotivasi anak didiknya bias dengan cara
memberikan pujian, senyuman, nilai dan peringkat.
b) Dan jelaskan maksud hadits “Dari sahabat Anas bin Malik berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan
meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan,
mutiara, dan emas”.
Jawab:
Hadits tersebut menjelaskan yang
pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang
usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat
Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang
berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas.
Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya
sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu
tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu
tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia
4. Riza
Zainuddin Noor
Dalam makalah anda tolong jelaskan:
a) Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.”
Bagaimana ceritanya sementara saya dipondok sering disuruh membaca kitab oleh
guru dan mengartikannya sendiri, kami belajar otodidaklah?!
Jawab: menurut saya hal tersebut tidak
termasuk dalam kategori belajara tanpa guru. Kenapa? Karena jelas sekali dari
kalimat anda, bahwa anda membaca dan megartikan kitab tersebut disuruh oleh
guru. Jadi jelas bahwa anda memiliki guru yang bisa tanyai ketika tidak paham. Sama seperti
halnya guru disekolah sering member PR bukan berarti kita belajar sendiri/
otodidak, karena ketika kita keliru ada yang meluruskan.
b) Maka nyatalah kesesatan dalam segala
yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang
siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah
mempersempit hukum”.
Jawab: maksudnya bahwa bagaimana tidak, hukum itu
akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru. Misal
kita mau mengadili orang yang bersalah, tapi tidak ada hakimnya (orang yang
paham hukumnya) bisalah seperti itu? Begitu juga dengan menuntut ilmu, mau
belajar tapi tidak ada gurunya(orang yang punya ilmunya) bisalah? Tidak kan.?!
c) “Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah
para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah). Dalam makalah anda
golongan orang yang mendapat syafaat hanya 3 sementara saya cari di syeikh Google golongan orang yang mendapat syafaat ada 7 ?!
Jawab: ada
banyak hadits yang menyingung tetntang golongan yang diberi syafaat. Termasuk
seperti yang anda katakana di Google
ada 7 golongan, mengapa dimakalah anda hanya ada tiga? Ya itu perbedaan khilafiyah ya, kita tidak tahu yang mana
yang benar. Bias yang 7golongan itu yang benar, bias yang 3golongan itu yang
benar. Atau keduanya salah, atau bias juga keduanya benar. Dan mohon maaf ya,
hadits ini tidak saya ambil dari syeikh
Google melainkan saya ambil dari kitab Ihya
‘Ulumuddin karya Imam Ghazhali dan saya punya kitabnya dan saya juga mampu
menunjukannya. Walaupun saya tahu ada beberapa ulama yang merugukan isi kitab
tersebut karena ada hadits dho’ifnya.
Tapi saya berpegang bahwa ketika hal tersebut merupakan sebuah kebaikan dan
tidak menyesatkan maka tidak apa-apa dipakai, sama seperti halnya dulu kita
menganggap “Kebersiahan merupakan sebagian dari iman”, merupakan sebuah hadits.
Apakah itu hadits? Bukan ! tapi mengapa saat ini orang masih memakainnya dan
banyak ditempel dimesjid-mesjid dan menjadi slogan dimana-mana? Karena kita
menggap hal tersebut baik dan tidak menyesatkan.
[1] Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin,(Jakarta: Sahara Publishers, 2010), Cet
ke-7, h. 33.
[2] Ibid, h. 34.
[3] Ibid.
[4]
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013, 10.32 WITA.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta:
Hikayat Publishing, 2006), Cet ke-1, h. 9.
[6] Ibid, h. 7.
[7] Muslich Shabir, Terjemahan Riyadus Shalihin II, (Semarang:
PT Karya Toha Putra,2004), Cet ke-2, h.176.
[8]
http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[9] http//:yuliarizky.blogspot.com,
op. Cit
[10] Made
Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus
Pendidikan Bercorak Indonesia,(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2007), Cet ke-2, h.
20.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diposting oleh
Vivih Ismayanti
di
06.34
TUGAS INDIVIDU DOSEN PEMBIMBING
Etika Guru
Ibu Dra. Hikmawati M.Pd.
GURU,
SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah Etika Guru
Disusun Oleh:
Nama :
Vivih Ismayanti
NIM :
12.12.0871
Semester :
V
Jurusan :
Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL
FALAH BANJARBARU
2013-2014
KATA PENGANTAR
Alhamduliahirrobil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT. Dzat yang
telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya, menyempurnakannya
dengan akal dan membimbingnya dengan menurunkan para utusan pilihanNya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada manusia pilihan, yang semua
sabda dan perilakunya menjadi uswah bagi manusia, Rasulullah Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, para tabiin dan mudah-mudahan sampai kepada
kita selaku umatnya. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Ibu Dra. Hikmawati M.pd yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini, namun
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi khazanah
keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua juga menjadi asbab hidayah
ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan keistiqamahan
didalam menuntut ilmu. Aamiin.
Landasan Ulin, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………….…………………ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………… 2
BAB II. ISI
A. Guru Dan Keutamaannya Dalam Islam...…………………………………… 3
B. Prinsip
Mendidik Dalam Islam ………………………………………6
C. Sekolah .………………………………………
9
D. Lembaga Pendidikan …………………………………………9
BAB III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. iii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI
MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan
lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki
manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada
Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan
lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal
dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan
justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah.
Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Padahal
Allah telah berjanji akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang berilmu,
dan Allah menyebutkan bahwa orang yang berilmu itu begitu istimewa sebagaimana
Allah telah berfirman dan Rasulullah telah bersabda:
“Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. AL Mujadillah :11)[1]
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.”(QS Az Zummar :
9)[2]
“Derajat
ulama lebih tinggi tujuh ratus derajat diatas orang beriman, dimana jarak
antara satu derajat ke derajat lannnya adaalah tujuh ratus tahun”.(al-Hindi,
Kanz al-‘Ummal(28797), ia
menyandarkan hadits ini kepada Ibnu Abd al-Barr dalam Jami Bayan al-‘Ilmi.)[3]
Dalam keseluruhan
proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik
adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik
memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu
memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.[4]
Seorang guru harus
mampu memberikan prinsip motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi
tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Maka
dalam makalah ini saya akan membahas tentang guru/pendidik, yaitu pendidik
harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui
tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam
bidangnya. Juga Apa kaitan antara Guru, sekolah dan Lembaga Pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
dari guru/pendidik?
2.
Bagaimana kriteria guru yang baik dalam
islam?
3.
Apa hubungan antara guru, sekolah dan
lembaga pendidikan?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian guru/pendidik.
2.
Mengetahui kriteria guru yang baik dalam
islam.
3.
Mengetahui hubungan antara guru, sekolah dan
lembaga pendidikan.
BAB
II
GURU,
SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
A.
Guru
dan Keutamaannya dalam Islam
Pengertian guru menurut bahasa yaitu
guru berasal dari bahasa Arab yang
dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu
dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).[5]
Sedangkan guru menurut istilah yaitu
tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
di perguruan tinggi(Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003).[6]
Pendidik dalam islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif,
maupun psikomotorik.
Adapun keutamaan seorang pendidik telah disinggung
sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ
حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا
يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ
النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata,
telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari
Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus
dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama
hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin
dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan
kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhari dan
Muslim)[7]
Hadits
ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu bukan menghapusnya
dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh
Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan
sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar
keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama
tidak berilmunya. Hadist ini kemudian menjelaskan akibat yang sangat fatal bila
seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan
dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan
tanpa didasari oleh ilmu.
Hadits ini
menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, guru yang benar
sumber ilmunya. Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.”
Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan
“Barang siapa yang mempelajari ilmu dari
hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak,
hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya
guru.
Sangat
jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini seharusnya
disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam
memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan
meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan
bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا (مسلم)
Artinya
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il
yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak
kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa
sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikitpun.”(HR Muslim)
Hadits ini
menerangkan bahwa ganjaran bagi mereka yang mengajarkan sebuah kebaikan tidak
akan terputus ketika mengajak saja, bahkan pahala kebaikan itu akan tetap
mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa yang diperintahkan. Posisi guru
sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik kepada murid akan sangat mulia dan berharga,
karena setiap kali murid melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar
itu pula balasan yang didapat guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa
saja untuk tidak segan-segan memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada
siapapun, karena pahala dan kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat
dia, tetapi buat yang mengajak dan mengajarkan kebaikkan. Kemulian yang sangat
luar biasa bagi seorang yang mengajarkan ilmu.
“Golongan yang memperoleh syafaat
pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah)
Bagaimana
teristimewanya dan mulianya orang yang berilmu sehingga ia akan mendapatkan
syafaat dengan urutan setelah para nabi dan sebelum para syuhada.
Ada begitu
banyak hadits dan ayat Al Qur’an yang membahas keutamaan orang yang berilmu dan
mengamalkan ilmu. Tapi hanya beberapa hadits dan ayat Al Qur’an membuat kita
para calon pengajar yang pekerjaannya Insya Allah mengamalkan dan mengajarkan
ilmu menjadi tergiur dengan pahala yang begitu besar.
B.
Kriteria
Guru Yang Baik Dalam Islam
Seorang guru
harus mampu memberikan motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi
tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Adapun hadits yang berkenaan dengan hal ini yaitu:
1. Hadits
tentang pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan.
عَنْ اَبِي
مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ
اَحَدً مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا
وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW
apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian
perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan
janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan
janganlah kalian mempersulit “. (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Nilai Pendidikan:
a. Hendaknya
seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya dengan sesuatu yang mudah
dimengerti dan dicerna oleh anak didik
b. Hendaknya
seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh kaku, sesuaikan dengan kondisi
anak dan humor itu perlu.
c. Berilah
kasih sayang agar anak/peserta didik selalu dekat dengan guru
Motivasi sebagai
suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a. Memberi
semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat dan siaga.
b. Memusatkan
perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan belajar.
2. Hadits
tentang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
“Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw
bersabda: “saya diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan
kemampuan akalnya”.[8]
(Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Seorang guru
harus memahami kondisi muridnya, sehingga dia tidak bersikap arogan atau memaksakan
kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual
murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Nabi Khidr pada Q.S Al
Kahfi:67-68):
. اصَبْرً مَعِىَ تَسْتَطِيعَ لَن إِنَّكَ قَالَ
.اخُبْرًۦبِهِ تُحِطْ لَمْ مَا عَلَىٰ تَصْبِرُ وَكَيْفَ
Artinya:“Dia menjawab: “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersama aku . Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (QS. Al.Kahfi : 67-68)
Ketika Nabi Musa
mengajukan keinginannya untuk belajar dan mengikuti Nabi Khidr as, dia tahu
persis bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup mengikutinya. Dia tahu bahwa Nabi
Musa adalah seorang yang keras dan emosional serta orang yang paling tidak bisa
bersabar. Dan hal itu dipahami oleh Nabi Khidr sebagai guru yang
baik.
Begitulah sikap
seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, karakter
kepribadian, dan kemampuan peserta didiknya dengan baik. Agar para guru dapat
memberikan materi dan metode yang benar dalam menjalankan proses belajar dan
mengajar.
عن أنس بن مالك؛
قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((طلب العلم فريضة على كل مسلم.وواضع
العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)).
Artinya: “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari
ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada
tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Hadits tersebut
menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap
muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari
ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi
mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan
emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya
sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu
tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu
tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia.[9]
3. Hadits
tentang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya
عن أبي هريرة
قال:بينما النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى
الساعة؟. فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال
فكره ما قال. وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين - أراه - السائل
عن الساعة). قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة).
قال: كيف إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya :“Abu hurairoh berkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW bercengkrama dengan
kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan
kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum
telah mendengar apa yang dikatakan oleh orang badui sehingga mereka tidak
senang terhadap Rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum
lain bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan
pembicaraannya. Rasulullah bertanya: “dimana orang yang ingin mengetahui
tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: “saya ya rasul”, kemudian
Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah
disia-siakan”. Lalu orang badui itu kembali bertanya: “bagaimanakah amanah itu
disia-siakan?”, Rasulullah menjawab: “ketika sebuah urusan diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.(HR Muslim)
Nilai pendidikan dalam hadits
tersebut adalah :
a. Setiap
pekerjaan harus dilakukan secara professional
b. Suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan timbul
kehancuran.
c. Pendidik
juga harus konsekuen dengan apa yang diajarkannya, yakni mampu melaksanakan
atau mengerjakan.
Menurut Al
Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain
cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi
muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik
dan mengarahkan anak-anak didiknya.
C.
Sekolah
Sekolah adalah
sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid")
di bawah pengawasan guru.
Peran sekolah sebagai lembaga yang membantu
lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta
memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarganya.
Sebagai lembaga
pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien
dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara.
Ada beberapa karateristik proses pendidikan
yang berlangsung di sekolah yaitu;
a. Pendidikan
diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hirarki.
b. Usia
anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
c. Waktu
pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan.
d. Materi
atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e. Adanya
penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang
akan datang.
D.
Lembaga Pendidikan
Kata
lembaga dalam kamus bahasa indonesia
modern adalah asal mula, bakal, bentuk asli, badan keilmuan. Dalam bahasa
Inggris lembaga dalam pengertian fisik disebut institute, sarana (organisasi)
untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan lembaga dalam pengertian non fisik
atau abstrak adalah institution, suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan di Indonesia
dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:[10]
1. Lembaga
pendidikan jalur formal
a. Lembaga
pendidikan prasekolah(PAUD, TK)
b. Lembaga
pendidikan dasar(SD, SMP)
c. Lembaga
Pendidikan menengah(SMA, SMK, dll.)
d. Lembaga
Pendidikan Tinggi
2. Lembaga
Pendidikan jalur nonformal
3. Lembaga
pendidikan jalur informal pada keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian guru
menurut bahasa yaitu guru berasal dari
bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim
atau al-ustadz yang bertugas
memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).
Pendidik dalam
islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek
afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Prinsip mendidik
dalam islam yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan
memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta
pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Menurut Al
Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain
cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi
muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik
dan mengarahkan anak-anak didiknya.
Kaitan antara
guru, sekolah dan lembaga pendidikan yaitu sekolah merupakan lembaga
pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dan guru adalah orang yang
mengajar disekolah. Tanpa adanya guru sebuah sekolah tidak bisa berfungsi,
begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta
Timur: CV Darus Sunnah.
Ghazali, Imam. 2010. Ringkasaan
Ihya’ ‘Ulumuddi. Jakarta: Sahara Publishers.
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24
Oktober 2013, 10.32 WITA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Shabir, Muslich. 2004. Terjemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Suparlan. 2006. Guru
Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
DAFTAR
PERTANYAAN DAN JAWABAN
PRESENTASI
MAKALAH
1. Mahbubah
Dalam makalah anda dilatar belakang ada kalimat “Dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah”.
a. Seperti yang sudah diketahui bahwa
pendidikan di Indonesia seperti itu. Ketika faktanya demikian, menurut anda apa
atau siapa yang salah, salah guru/ pemerintah atau orang tua?
Jawab:
mungkin jawaban saya akan sediki
controversial ya. Saya tertarik dengan perkataan Angelina Sondakh terpidana
korupsi dia berkata bahwa:”Saya akui
bahwa system di Indonesia terlalu mahal, sehingga saya harus korupsi untuk
mengembalikan modal saya selama pemilu”. Dan perkataan Mahfud Md mantan ketua MK: “Malaikatpun jika masuk kedalam system di
Indonesiaia akan menjadi Iblis”. Itu adalah perkataan mereka yang
katakanlah mereka tidak paham benar islam, mereka tahu bahwa permaslahan yang
terjadi di Indonesia adalah karena sistemnya yang salah. Begitu juga dengan
amburadulnya pendidikan di Indonesia, saya tidak akan menyalahkan orang tua
atau guru, tapi saya menyalahkan system. Systemnya yang salah, karena
ketidakbermoralan oaring-orang terdidik dan kesengasaraannya merata. Hampir
diseulruh Indonesia, itu karena kita memakai system yang sama, walaupun
orang-orangnya berbeda. Jika kemerosotan ini kesalahan guru/ orang tua tentunya
hanya terjadi di beberapa daerah saja yang notabenenya
mereka guru yang tidak baik atau orang tua yang tidak baik. Tapi kemerosotan di
Indonesia begitu merata diseluruh kota/ pulau di Indonsia. Yang berarti ini
merupakan kekuatan yang besar yaitu kekuatan sistem yang salah.
b. Dan
bagaimana solusinya?
Jawab:
Setelah melihat akar permasalahn diatas,
bagaiman solusinya? Ya tentunya dengan mengganti sistem tersebut. System yang
seperti apa? Tentunya system yang telah teruji mampu mengatasi semua
problematika ummat dan pendidikan yang kita hadapai yaitu menggantinya dan
menerapkan system pendidikan islam. Adapan usaha yang kita lakukan sebagai guru
sebelum penggantian sistem ini yaitu mengubah orientasi kita dari yang tadinya
mengajar untuk mendapatkan uang, menjadi mengajar untuk mendapatkan pahala.
2. Sarinah
Tolong jelaskan
maksud dari karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu:
a) Pendidikan
diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hirarki.
Jawab:
Maksudnya adalah pendidikan
didelenggarakan oleh sebuah institusi atau lembaga khusus dan dibagi kedalam
jenjang misalnya jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama yang memiliki
hubungan yang hirarki yaitu memiliki hubungan yang satu dengan yang lainnya itu
saling berkaitan. Misal dari jenjang PAUD ke TK dulu, baru ke SD, SMP, SMA dan
seterusnya. Jenjang tersebut tidak bias dilangkahi. Misal dari PAUD langsung ke
SMA.
b) Usia
anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
Jawab:
Homo itu artinya sama, sejenis.
Maksudnya usia anak disuatu jenjang itu relative sama. Misal usia anak kelas 1
SD rata-rata usianya 7 tahun. Tidak usia anak kelas 1 SD ada yang 3/15/10
tahun.
c) Waktu
pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan.
Jawab:
iya. Karena telah ditentukan oleh
pemerintah. Seperti jenjang SD waktu tempuh pendidikannya 6 tahun. Jenjang SMP
dan SMA 3 tahun. Dst.
d) Materi
atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
Jawab:
Ya benar sperti yang telah kita ketahui
dijenjang sekolah umum bahwa rata-rata materinya bersifat akademis dan umu
seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika sementara agama
hanya 1 minggu sekali selama 2jam.
e) Adanya
penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang
akan datang.
Jawab: Benar. Selama
ini kurukulum sering diganti merupakan salah satu usaha agar pendidikan mampu
menjadi sebuah jawaban kebutuhan dimasa yang akan dating.
3. Helmi
Dalam makalah
anda didebutkan bahwa seorang guru harus memiliki prinsip motivasi dan
memudahkan anak muridnya.
a) Sebutkan
contoh motivasi yang harus dimiliki oleh guru!
Jawab:
ada begitu banyak motivasi yang harus
dimiliki guru seperti yang telah dibahas pemakalah sebelumnya. Ya menurut saya
tentunya secara umu guru harus ampu memotivasi anak didiknya bias dengan cara
memberikan pujian, senyuman, nilai dan peringkat.
b) Dan jelaskan maksud hadits “Dari sahabat Anas bin Malik berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan
meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan,
mutiara, dan emas”.
Jawab:
Hadits tersebut menjelaskan yang
pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang
usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat
Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang
berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas.
Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya
sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu
tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu
tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia
4. Riza
Zainuddin Noor
Dalam makalah anda tolong jelaskan:
a) Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.”
Bagaimana ceritanya sementara saya dipondok sering disuruh membaca kitab oleh
guru dan mengartikannya sendiri, kami belajar otodidaklah?!
Jawab: menurut saya hal tersebut tidak
termasuk dalam kategori belajara tanpa guru. Kenapa? Karena jelas sekali dari
kalimat anda, bahwa anda membaca dan megartikan kitab tersebut disuruh oleh
guru. Jadi jelas bahwa anda memiliki guru yang bisa tanyai ketika tidak paham. Sama seperti
halnya guru disekolah sering member PR bukan berarti kita belajar sendiri/
otodidak, karena ketika kita keliru ada yang meluruskan.
b) Maka nyatalah kesesatan dalam segala
yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang
siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah
mempersempit hukum”.
Jawab: maksudnya bahwa bagaimana tidak, hukum itu
akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru. Misal
kita mau mengadili orang yang bersalah, tapi tidak ada hakimnya (orang yang
paham hukumnya) bisalah seperti itu? Begitu juga dengan menuntut ilmu, mau
belajar tapi tidak ada gurunya(orang yang punya ilmunya) bisalah? Tidak kan.?!
c) “Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah
para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah). Dalam makalah anda
golongan orang yang mendapat syafaat hanya 3 sementara saya cari di syeikh Google golongan orang yang mendapat syafaat ada 7 ?!
Jawab: ada
banyak hadits yang menyingung tetntang golongan yang diberi syafaat. Termasuk
seperti yang anda katakana di Google
ada 7 golongan, mengapa dimakalah anda hanya ada tiga? Ya itu perbedaan khilafiyah ya, kita tidak tahu yang mana
yang benar. Bias yang 7golongan itu yang benar, bias yang 3golongan itu yang
benar. Atau keduanya salah, atau bias juga keduanya benar. Dan mohon maaf ya,
hadits ini tidak saya ambil dari syeikh
Google melainkan saya ambil dari kitab Ihya
‘Ulumuddin karya Imam Ghazhali dan saya punya kitabnya dan saya juga mampu
menunjukannya. Walaupun saya tahu ada beberapa ulama yang merugukan isi kitab
tersebut karena ada hadits dho’ifnya.
Tapi saya berpegang bahwa ketika hal tersebut merupakan sebuah kebaikan dan
tidak menyesatkan maka tidak apa-apa dipakai, sama seperti halnya dulu kita
menganggap “Kebersiahan merupakan sebagian dari iman”, merupakan sebuah hadits.
Apakah itu hadits? Bukan ! tapi mengapa saat ini orang masih memakainnya dan
banyak ditempel dimesjid-mesjid dan menjadi slogan dimana-mana? Karena kita
menggap hal tersebut baik dan tidak menyesatkan.
[1] Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin,(Jakarta: Sahara Publishers, 2010), Cet
ke-7, h. 33.
[2] Ibid, h. 34.
[3] Ibid.
[4]
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013, 10.32 WITA.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta:
Hikayat Publishing, 2006), Cet ke-1, h. 9.
[6] Ibid, h. 7.
[7] Muslich Shabir, Terjemahan Riyadus Shalihin II, (Semarang:
PT Karya Toha Putra,2004), Cet ke-2, h.176.
[8]
http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[9] http//:yuliarizky.blogspot.com,
op. Cit
[10] Made
Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus
Pendidikan Bercorak Indonesia,(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2007), Cet ke-2, h.
20.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar