Selasa, 01 April 2014

Posted by Vivih Ismayanti | 0 komentar
TUGAS INDIVIDU                                                 DOSEN PEMBIMBING
  Etika Guru                                                          Ibu Dra. Hikmawati M.Pd.

GURU, SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Etika Guru



Disusun Oleh:

Nama               : Vivih Ismayanti
NIM                : 12.12.0871
Semester          : V
Jurusan            : Pendidikan Agama Islam
  
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL FALAH BANJARBARU
2013-2014




KATA PENGANTAR

Alhamduliahirrobil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT. Dzat yang telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya, menyempurnakannya dengan akal dan membimbingnya dengan menurunkan para utusan pilihanNya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada manusia pilihan, yang semua sabda dan perilakunya menjadi uswah bagi manusia, Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, para tabiin dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu Dra. Hikmawati M.pd yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan keistiqamahan didalam menuntut ilmu. Aamiin.

Landasan Ulin, Oktober  2013



Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                             ………………………………………… i
DAFTAR ISI                                          ……………………….…………………ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang                                  ………………………………………… 1
B.     Rumusan Masalah                              ………………………………………… 2
C.     Tujuan Penulisan                                ………………………………………… 2
BAB II. ISI
A.     Guru Dan Keutamaannya Dalam Islam...…………………………………… 3
B.     Prinsip Mendidik Dalam Islam             ………………………………………6
C.      Sekolah                                               .……………………………………… 9
D.    Lembaga Pendidikan                         …………………………………………9
BAB III. PENUTUP
A.     Kesimpulan                                    …………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA                        …………………………………………. iii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI MAKALAH




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Padahal Allah telah berjanji akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang berilmu, dan Allah menyebutkan bahwa orang yang berilmu itu begitu istimewa sebagaimana Allah telah berfirman dan Rasulullah telah bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. AL Mujadillah :11)[1]
 “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(QS Az Zummar : 9)[2]
“Derajat ulama lebih tinggi tujuh ratus derajat diatas orang beriman, dimana jarak antara satu derajat ke derajat lannnya adaalah tujuh ratus tahun”.(al-Hindi, Kanz al-‘Ummal(28797), ia menyandarkan hadits ini kepada Ibnu Abd al-Barr dalam Jami Bayan al-‘Ilmi.)[3]
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.[4]
Seorang guru harus mampu memberikan prinsip motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Maka dalam makalah ini saya akan membahas tentang guru/pendidik, yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Juga Apa kaitan antara Guru, sekolah dan Lembaga Pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari guru/pendidik?
2.      Bagaimana kriteria guru yang baik dalam islam?
3.      Apa hubungan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian guru/pendidik.
2.      Mengetahui kriteria guru yang baik dalam islam.
3.      Mengetahui hubungan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan.
BAB II
GURU, SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A.    Guru dan Keutamaannya dalam Islam
Pengertian guru menurut bahasa yaitu guru berasal dari  bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).[5]
Sedangkan guru menurut istilah yaitu tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi(Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003).[6]
Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Adapun keutamaan seorang pendidik telah disinggung sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :                                                                                           
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “   (H.R. Bukhari dan Muslim)[7]
 Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudian menjelaskan akibat yang sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didasari oleh ilmu.
Hadits ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, guru yang benar sumber ilmunya. Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.” Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak, hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا (مسلم)
Artinya
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”(HR Muslim)
Hadits ini menerangkan bahwa ganjaran bagi mereka yang mengajarkan sebuah kebaikan tidak akan terputus ketika mengajak saja, bahkan pahala kebaikan itu akan tetap mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa yang diperintahkan. Posisi guru sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik kepada murid akan sangat mulia dan berharga, karena setiap kali murid melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar itu pula balasan yang didapat guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa saja untuk tidak segan-segan memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada siapapun, karena pahala dan kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat dia, tetapi buat yang mengajak dan mengajarkan kebaikkan. Kemulian yang sangat luar biasa bagi seorang yang mengajarkan ilmu.
“Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah)
Bagaimana teristimewanya dan mulianya orang yang berilmu sehingga ia akan mendapatkan syafaat dengan urutan setelah para nabi dan sebelum para syuhada.
Ada begitu banyak hadits dan ayat Al Qur’an yang membahas keutamaan orang yang berilmu dan mengamalkan ilmu. Tapi hanya beberapa hadits dan ayat Al Qur’an membuat kita para calon pengajar yang pekerjaannya Insya Allah mengamalkan dan mengajarkan ilmu menjadi tergiur dengan pahala yang begitu besar.
B.     Kriteria Guru Yang Baik Dalam Islam
Seorang guru harus mampu memberikan motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Adapun hadits yang berkenaan dengan hal ini yaitu:
1.      Hadits tentang pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan.
عَنْ اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدً مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian mempersulit “. (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Nilai Pendidikan:
a.       Hendaknya seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya dengan sesuatu yang mudah dimengerti dan dicerna oleh anak didik
b.      Hendaknya seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh kaku, sesuaikan dengan kondisi anak dan humor itu perlu.
c.       Berilah kasih sayang agar anak/peserta didik selalu dekat dengan guru
Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a.       Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat dan siaga.
b.      Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
2.      Hadits tentang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
 “Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda: “saya diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan akalnya”.[8] (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Seorang guru harus memahami kondisi muridnya, sehingga dia tidak bersikap arogan atau memaksakan kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Nabi Khidr pada Q.S Al Kahfi:67-68):
           . اصَبْرً مَعِىَ تَسْتَطِيعَ لَن إِنَّكَ قَالَ
.اخُبْرًۦبِهِ تُحِطْ لَمْ مَا عَلَىٰ تَصْبِرُ وَكَيْفَ
Artinya:“Dia menjawab: “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku . Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (QS. Al.Kahfi : 67-68)
Ketika Nabi Musa mengajukan keinginannya untuk belajar dan mengikuti Nabi Khidr as, dia tahu persis bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup mengikutinya. Dia tahu bahwa Nabi Musa adalah seorang yang keras dan emosional serta orang yang paling tidak bisa bersabar. Dan hal itu dipahami oleh Nabi Khidr sebagai guru yang baik.     
Begitulah sikap seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, karakter kepribadian, dan kemampuan peserta didiknya dengan baik. Agar para guru dapat memberikan materi dan metode yang benar dalam menjalankan proses belajar dan mengajar.
عن أنس بن مالك؛ قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((طلب العلم فريضة على كل مسلم.وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)).
Artinya: “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Hadits tersebut menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia.[9]
3.      Hadits tentang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya
عن أبي هريرة قال:بينما النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى الساعة؟. فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال فكره ما قال. وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين - أراه - السائل عن الساعة). قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة). قال: كيف إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya :“Abu hurairoh berkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW bercengkrama dengan kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum telah mendengar apa yang dikatakan oleh orang badui sehingga mereka tidak senang terhadap Rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum lain bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan pembicaraannya. Rasulullah bertanya: “dimana orang yang ingin mengetahui tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: “saya ya rasul”, kemudian Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah disia-siakan”. Lalu orang badui itu kembali bertanya: “bagaimanakah amanah itu disia-siakan?”, Rasulullah menjawab: “ketika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.(HR Muslim)
Nilai pendidikan dalam hadits tersebut adalah :
a.       Setiap pekerjaan harus dilakukan secara professional
b.      Suatu pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan timbul kehancuran.
c.       Pendidik juga harus konsekuen dengan apa yang diajarkannya, yakni mampu melaksanakan atau mengerjakan.
Menurut Al Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak didiknya.
C.    Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru.
Peran sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara. 
 Ada beberapa karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu;
a.       Pendidikan diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarki.
b.      Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
c.       Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d.      Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e.       Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang akan datang.  
D.    Lembaga Pendidikan
      Kata lembaga dalam kamus  bahasa indonesia modern adalah asal mula, bakal, bentuk asli, badan keilmuan. Dalam bahasa Inggris lembaga dalam pengertian fisik disebut institute, sarana (organisasi) untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan lembaga dalam pengertian non fisik atau abstrak adalah institution, suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan di Indonesia dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:[10]
1.      Lembaga pendidikan jalur formal
a.       Lembaga pendidikan prasekolah(PAUD, TK)
b.      Lembaga pendidikan dasar(SD, SMP)
c.       Lembaga Pendidikan menengah(SMA, SMK, dll.)
d.      Lembaga Pendidikan Tinggi
2.      Lembaga Pendidikan jalur nonformal
3.      Lembaga pendidikan jalur informal pada keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengertian guru menurut bahasa yaitu guru berasal dari  bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).
Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Prinsip mendidik dalam islam yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Menurut Al Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak didiknya.
Kaitan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan yaitu sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dan guru adalah orang yang mengajar disekolah. Tanpa adanya guru sebuah sekolah tidak bisa berfungsi, begitu juga sebaliknya.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta Timur: CV Darus Sunnah.
Ghazali, Imam. 2010. Ringkasaan Ihya’ ‘Ulumuddi. Jakarta: Sahara Publishers.
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013,  10.32 WITA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Shabir, Muslich. 2004. Terjemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.



DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
PRESENTASI MAKALAH


1.      Mahbubah
Dalam makalah anda dilatar belakang ada kalimat Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah”.
a.       Seperti yang sudah diketahui bahwa pendidikan di Indonesia seperti itu. Ketika faktanya demikian, menurut anda apa atau siapa yang salah, salah guru/ pemerintah atau orang tua?
Jawab: mungkin jawaban saya akan sediki controversial ya. Saya tertarik dengan perkataan Angelina Sondakh terpidana korupsi dia berkata bahwa:”Saya akui bahwa system di Indonesia terlalu mahal, sehingga saya harus korupsi untuk mengembalikan modal saya selama pemilu”.  Dan perkataan Mahfud Md mantan ketua MK: “Malaikatpun jika masuk kedalam system di Indonesiaia akan menjadi Iblis”. Itu adalah perkataan mereka yang katakanlah mereka tidak paham benar islam, mereka tahu bahwa permaslahan yang terjadi di Indonesia adalah karena sistemnya yang salah. Begitu juga dengan amburadulnya pendidikan di Indonesia, saya tidak akan menyalahkan orang tua atau guru, tapi saya menyalahkan system. Systemnya yang salah, karena ketidakbermoralan oaring-orang terdidik dan kesengasaraannya merata. Hampir diseulruh Indonesia, itu karena kita memakai system yang sama, walaupun orang-orangnya berbeda. Jika kemerosotan ini kesalahan guru/ orang tua tentunya hanya terjadi di beberapa daerah saja yang notabenenya mereka guru yang tidak baik atau orang tua yang tidak baik. Tapi kemerosotan di Indonesia begitu merata diseluruh kota/ pulau di Indonsia. Yang berarti ini merupakan kekuatan yang besar yaitu kekuatan sistem yang salah.
b.      Dan bagaimana solusinya?
Jawab: Setelah melihat akar permasalahn diatas, bagaiman solusinya? Ya tentunya dengan mengganti sistem tersebut. System yang seperti apa? Tentunya system yang telah teruji mampu mengatasi semua problematika ummat dan pendidikan yang kita hadapai yaitu menggantinya dan menerapkan system pendidikan islam. Adapan usaha yang kita lakukan sebagai guru sebelum penggantian sistem ini yaitu mengubah orientasi kita dari yang tadinya mengajar untuk mendapatkan uang, menjadi mengajar untuk mendapatkan pahala.
2.      Sarinah
Tolong jelaskan maksud dari karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu:
a)      Pendidikan diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarki.
Jawab: Maksudnya adalah pendidikan didelenggarakan oleh sebuah institusi atau lembaga khusus dan dibagi kedalam jenjang misalnya jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama yang memiliki hubungan yang hirarki yaitu memiliki hubungan yang satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan. Misal dari jenjang PAUD ke TK dulu, baru ke SD, SMP, SMA dan seterusnya. Jenjang tersebut tidak bias dilangkahi. Misal dari PAUD langsung ke SMA.
b)      Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
Jawab: Homo itu artinya sama, sejenis. Maksudnya usia anak disuatu jenjang itu relative sama. Misal usia anak kelas 1 SD rata-rata usianya 7 tahun. Tidak usia anak kelas 1 SD ada yang 3/15/10 tahun.
c)      Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
Jawab: iya. Karena telah ditentukan oleh pemerintah. Seperti jenjang SD waktu tempuh pendidikannya 6 tahun. Jenjang SMP dan SMA 3 tahun. Dst.
d)     Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
Jawab:  Ya benar sperti yang telah kita ketahui dijenjang sekolah umum bahwa rata-rata materinya bersifat akademis dan umu seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika sementara agama hanya 1 minggu sekali selama 2jam.
e)      Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang akan datang.
Jawab:  Benar. Selama ini kurukulum sering diganti merupakan salah satu usaha agar pendidikan mampu menjadi sebuah jawaban kebutuhan dimasa yang akan dating.
3.      Helmi
 Dalam makalah anda didebutkan bahwa seorang guru harus memiliki prinsip motivasi dan memudahkan anak muridnya.
a)      Sebutkan contoh motivasi yang harus dimiliki oleh guru!
Jawab: ada begitu banyak motivasi yang harus dimiliki guru seperti yang telah dibahas pemakalah sebelumnya. Ya menurut saya tentunya secara umu guru harus ampu memotivasi anak didiknya bias dengan cara memberikan pujian, senyuman, nilai dan peringkat.
b)       Dan jelaskan maksud hadits “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Jawab: Hadits tersebut menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia
4.      Riza Zainuddin Noor
Dalam makalah anda tolong jelaskan:
a)       Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.” Bagaimana ceritanya sementara saya dipondok sering disuruh membaca kitab oleh guru dan mengartikannya sendiri, kami belajar otodidaklah?!
Jawab: menurut saya hal tersebut tidak termasuk dalam kategori belajara tanpa guru. Kenapa? Karena jelas sekali dari kalimat anda, bahwa anda membaca dan megartikan kitab tersebut disuruh oleh guru. Jadi jelas bahwa anda memiliki guru yang bisa  tanyai ketika tidak paham. Sama seperti halnya guru disekolah sering member PR bukan berarti kita belajar sendiri/ otodidak, karena ketika kita keliru ada yang meluruskan.
b)      Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum”.
Jawab:  maksudnya bahwa bagaimana tidak, hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru. Misal kita mau mengadili orang yang bersalah, tapi tidak ada hakimnya (orang yang paham hukumnya) bisalah seperti itu? Begitu juga dengan menuntut ilmu, mau belajar tapi tidak ada gurunya(orang yang punya ilmunya) bisalah? Tidak kan.?!
c)      “Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah). Dalam makalah anda golongan orang yang mendapat syafaat hanya 3 sementara saya cari di syeikh  Google  golongan orang yang mendapat syafaat ada 7 ?!
Jawab: ada banyak hadits yang menyingung tetntang golongan yang diberi syafaat. Termasuk seperti yang anda katakana di Google ada 7 golongan, mengapa dimakalah anda hanya ada tiga? Ya itu perbedaan khilafiyah ya, kita tidak tahu yang mana yang benar. Bias yang 7golongan itu yang benar, bias yang 3golongan itu yang benar. Atau keduanya salah, atau bias juga keduanya benar. Dan mohon maaf ya, hadits ini tidak saya ambil dari syeikh Google melainkan saya ambil dari kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Ghazhali dan saya punya kitabnya dan saya juga mampu menunjukannya. Walaupun saya tahu ada beberapa ulama yang merugukan isi kitab tersebut karena ada hadits dho’ifnya. Tapi saya berpegang bahwa ketika hal tersebut merupakan sebuah kebaikan dan tidak menyesatkan maka tidak apa-apa dipakai, sama seperti halnya dulu kita menganggap  “Kebersiahan merupakan sebagian dari iman”, merupakan sebuah hadits. Apakah itu hadits? Bukan ! tapi mengapa saat ini orang masih memakainnya dan banyak ditempel dimesjid-mesjid dan menjadi slogan dimana-mana? Karena kita menggap hal tersebut baik dan tidak menyesatkan.





[1]  Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin,(Jakarta: Sahara Publishers, 2010), Cet ke-7, h. 33.
[2] Ibid, h. 34.
[3] Ibid.
[4] http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013,  10.32 WITA.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), Cet ke-1, h. 9.
[6] Ibid, h. 7.
[7] Muslich Shabir, Terjemahan Riyadus Shalihin II, (Semarang: PT Karya Toha Putra,2004), Cet ke-2, h.176.
[8] http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[9] http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[10] Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Pendidikan Bercorak Indonesia,(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2007), Cet ke-2, h. 20.

TUGAS INDIVIDU                                                 DOSEN PEMBIMBING
  Etika Guru                                                          Ibu Dra. Hikmawati M.Pd.

GURU, SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Etika Guru



Disusun Oleh:

Nama               : Vivih Ismayanti
NIM                : 12.12.0871
Semester          : V
Jurusan            : Pendidikan Agama Islam
  
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL FALAH BANJARBARU
2013-2014




KATA PENGANTAR

Alhamduliahirrobil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT. Dzat yang telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya, menyempurnakannya dengan akal dan membimbingnya dengan menurunkan para utusan pilihanNya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada manusia pilihan, yang semua sabda dan perilakunya menjadi uswah bagi manusia, Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, para tabiin dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu Dra. Hikmawati M.pd yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan keistiqamahan didalam menuntut ilmu. Aamiin.

Landasan Ulin, Oktober  2013



Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                             ………………………………………… i
DAFTAR ISI                                          ……………………….…………………ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang                                  ………………………………………… 1
B.     Rumusan Masalah                              ………………………………………… 2
C.     Tujuan Penulisan                                ………………………………………… 2
BAB II. ISI
A.     Guru Dan Keutamaannya Dalam Islam...…………………………………… 3
B.     Prinsip Mendidik Dalam Islam             ………………………………………6
C.      Sekolah                                               .……………………………………… 9
D.    Lembaga Pendidikan                         …………………………………………9
BAB III. PENUTUP
A.     Kesimpulan                                    …………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA                        …………………………………………. iii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI MAKALAH




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Padahal Allah telah berjanji akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang berilmu, dan Allah menyebutkan bahwa orang yang berilmu itu begitu istimewa sebagaimana Allah telah berfirman dan Rasulullah telah bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. AL Mujadillah :11)[1]
 “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(QS Az Zummar : 9)[2]
“Derajat ulama lebih tinggi tujuh ratus derajat diatas orang beriman, dimana jarak antara satu derajat ke derajat lannnya adaalah tujuh ratus tahun”.(al-Hindi, Kanz al-‘Ummal(28797), ia menyandarkan hadits ini kepada Ibnu Abd al-Barr dalam Jami Bayan al-‘Ilmi.)[3]
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Pendidik adalah pembimbing, pengarah yang biasa disebut dengan guru. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa serta membantu memecahkan kesulitan siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran.[4]
Seorang guru harus mampu memberikan prinsip motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Maka dalam makalah ini saya akan membahas tentang guru/pendidik, yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Juga Apa kaitan antara Guru, sekolah dan Lembaga Pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari guru/pendidik?
2.      Bagaimana kriteria guru yang baik dalam islam?
3.      Apa hubungan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian guru/pendidik.
2.      Mengetahui kriteria guru yang baik dalam islam.
3.      Mengetahui hubungan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan.
BAB II
GURU, SEKOLAH DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A.    Guru dan Keutamaannya dalam Islam
Pengertian guru menurut bahasa yaitu guru berasal dari  bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).[5]
Sedangkan guru menurut istilah yaitu tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi(Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003).[6]
Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Adapun keutamaan seorang pendidik telah disinggung sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ (البخاري)
Artinya :                                                                                           
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “   (H.R. Bukhari dan Muslim)[7]
 Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudian menjelaskan akibat yang sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didasari oleh ilmu.
Hadits ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar ilmu, guru yang benar sumber ilmunya. Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.” Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum” bagaimana tidak, hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam bahwa guru membawa peran penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا (مسلم)
Artinya
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”(HR Muslim)
Hadits ini menerangkan bahwa ganjaran bagi mereka yang mengajarkan sebuah kebaikan tidak akan terputus ketika mengajak saja, bahkan pahala kebaikan itu akan tetap mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa yang diperintahkan. Posisi guru sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik kepada murid akan sangat mulia dan berharga, karena setiap kali murid melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar itu pula balasan yang didapat guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa saja untuk tidak segan-segan memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada siapapun, karena pahala dan kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat dia, tetapi buat yang mengajak dan mengajarkan kebaikkan. Kemulian yang sangat luar biasa bagi seorang yang mengajarkan ilmu.
“Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah)
Bagaimana teristimewanya dan mulianya orang yang berilmu sehingga ia akan mendapatkan syafaat dengan urutan setelah para nabi dan sebelum para syuhada.
Ada begitu banyak hadits dan ayat Al Qur’an yang membahas keutamaan orang yang berilmu dan mengamalkan ilmu. Tapi hanya beberapa hadits dan ayat Al Qur’an membuat kita para calon pengajar yang pekerjaannya Insya Allah mengamalkan dan mengajarkan ilmu menjadi tergiur dengan pahala yang begitu besar.
B.     Kriteria Guru Yang Baik Dalam Islam
Seorang guru harus mampu memberikan motivasi dan memudahkan untuk anak didiknya. Tetapi tidak hanya itu, seorang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dan juga seorang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Adapun hadits yang berkenaan dengan hal ini yaitu:
1.      Hadits tentang pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan.
عَنْ اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدً مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا
Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian mempersulit “. (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Nilai Pendidikan:
a.       Hendaknya seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya dengan sesuatu yang mudah dimengerti dan dicerna oleh anak didik
b.      Hendaknya seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh kaku, sesuaikan dengan kondisi anak dan humor itu perlu.
c.       Berilah kasih sayang agar anak/peserta didik selalu dekat dengan guru
Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a.       Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat dan siaga.
b.      Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
2.      Hadits tentang pendidik harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
 “Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda: “saya diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan akalnya”.[8] (Hadits Mutatafaqun ‘alaih)
Seorang guru harus memahami kondisi muridnya, sehingga dia tidak bersikap arogan atau memaksakan kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan intelektual murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Nabi Khidr pada Q.S Al Kahfi:67-68):
           . اصَبْرً مَعِىَ تَسْتَطِيعَ لَن إِنَّكَ قَالَ
.اخُبْرًۦبِهِ تُحِطْ لَمْ مَا عَلَىٰ تَصْبِرُ وَكَيْفَ
Artinya:“Dia menjawab: “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku . Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (QS. Al.Kahfi : 67-68)
Ketika Nabi Musa mengajukan keinginannya untuk belajar dan mengikuti Nabi Khidr as, dia tahu persis bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup mengikutinya. Dia tahu bahwa Nabi Musa adalah seorang yang keras dan emosional serta orang yang paling tidak bisa bersabar. Dan hal itu dipahami oleh Nabi Khidr sebagai guru yang baik.     
Begitulah sikap seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui sikap, karakter kepribadian, dan kemampuan peserta didiknya dengan baik. Agar para guru dapat memberikan materi dan metode yang benar dalam menjalankan proses belajar dan mengajar.
عن أنس بن مالك؛ قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((طلب العلم فريضة على كل مسلم.وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)).
Artinya: “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Hadits tersebut menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia.[9]
3.      Hadits tentang pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya
عن أبي هريرة قال:بينما النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى الساعة؟. فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال فكره ما قال. وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين - أراه - السائل عن الساعة). قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة). قال: كيف إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya :“Abu hurairoh berkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW bercengkrama dengan kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum telah mendengar apa yang dikatakan oleh orang badui sehingga mereka tidak senang terhadap Rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum lain bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan pembicaraannya. Rasulullah bertanya: “dimana orang yang ingin mengetahui tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: “saya ya rasul”, kemudian Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah disia-siakan”. Lalu orang badui itu kembali bertanya: “bagaimanakah amanah itu disia-siakan?”, Rasulullah menjawab: “ketika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.(HR Muslim)
Nilai pendidikan dalam hadits tersebut adalah :
a.       Setiap pekerjaan harus dilakukan secara professional
b.      Suatu pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan timbul kehancuran.
c.       Pendidik juga harus konsekuen dengan apa yang diajarkannya, yakni mampu melaksanakan atau mengerjakan.
Menurut Al Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak didiknya.
C.    Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru.
Peran sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara. 
 Ada beberapa karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu;
a.       Pendidikan diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarki.
b.      Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
c.       Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d.      Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e.       Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang akan datang.  
D.    Lembaga Pendidikan
      Kata lembaga dalam kamus  bahasa indonesia modern adalah asal mula, bakal, bentuk asli, badan keilmuan. Dalam bahasa Inggris lembaga dalam pengertian fisik disebut institute, sarana (organisasi) untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan lembaga dalam pengertian non fisik atau abstrak adalah institution, suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan di Indonesia dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:[10]
1.      Lembaga pendidikan jalur formal
a.       Lembaga pendidikan prasekolah(PAUD, TK)
b.      Lembaga pendidikan dasar(SD, SMP)
c.       Lembaga Pendidikan menengah(SMA, SMK, dll.)
d.      Lembaga Pendidikan Tinggi
2.      Lembaga Pendidikan jalur nonformal
3.      Lembaga pendidikan jalur informal pada keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengertian guru menurut bahasa yaitu guru berasal dari  bahasa Arab yang dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim(tempat memperoleh ilmu).
Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Prinsip mendidik dalam islam yaitu pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, pendidik harus menetahui tingkat kemampuan peserta didik, serta pendidik harus mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Menurut Al Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan akhlaknya yang baik ia mampu menjadi contoh dan teladan bagi muridnya, dan kuat fisiknya agar ia dapat melakukan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak didiknya.
Kaitan antara guru, sekolah dan lembaga pendidikan yaitu sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dan guru adalah orang yang mengajar disekolah. Tanpa adanya guru sebuah sekolah tidak bisa berfungsi, begitu juga sebaliknya.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta Timur: CV Darus Sunnah.
Ghazali, Imam. 2010. Ringkasaan Ihya’ ‘Ulumuddi. Jakarta: Sahara Publishers.
http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013,  10.32 WITA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Shabir, Muslich. 2004. Terjemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.



DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
PRESENTASI MAKALAH


1.      Mahbubah
Dalam makalah anda dilatar belakang ada kalimat Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah”.
a.       Seperti yang sudah diketahui bahwa pendidikan di Indonesia seperti itu. Ketika faktanya demikian, menurut anda apa atau siapa yang salah, salah guru/ pemerintah atau orang tua?
Jawab: mungkin jawaban saya akan sediki controversial ya. Saya tertarik dengan perkataan Angelina Sondakh terpidana korupsi dia berkata bahwa:”Saya akui bahwa system di Indonesia terlalu mahal, sehingga saya harus korupsi untuk mengembalikan modal saya selama pemilu”.  Dan perkataan Mahfud Md mantan ketua MK: “Malaikatpun jika masuk kedalam system di Indonesiaia akan menjadi Iblis”. Itu adalah perkataan mereka yang katakanlah mereka tidak paham benar islam, mereka tahu bahwa permaslahan yang terjadi di Indonesia adalah karena sistemnya yang salah. Begitu juga dengan amburadulnya pendidikan di Indonesia, saya tidak akan menyalahkan orang tua atau guru, tapi saya menyalahkan system. Systemnya yang salah, karena ketidakbermoralan oaring-orang terdidik dan kesengasaraannya merata. Hampir diseulruh Indonesia, itu karena kita memakai system yang sama, walaupun orang-orangnya berbeda. Jika kemerosotan ini kesalahan guru/ orang tua tentunya hanya terjadi di beberapa daerah saja yang notabenenya mereka guru yang tidak baik atau orang tua yang tidak baik. Tapi kemerosotan di Indonesia begitu merata diseluruh kota/ pulau di Indonsia. Yang berarti ini merupakan kekuatan yang besar yaitu kekuatan sistem yang salah.
b.      Dan bagaimana solusinya?
Jawab: Setelah melihat akar permasalahn diatas, bagaiman solusinya? Ya tentunya dengan mengganti sistem tersebut. System yang seperti apa? Tentunya system yang telah teruji mampu mengatasi semua problematika ummat dan pendidikan yang kita hadapai yaitu menggantinya dan menerapkan system pendidikan islam. Adapan usaha yang kita lakukan sebagai guru sebelum penggantian sistem ini yaitu mengubah orientasi kita dari yang tadinya mengajar untuk mendapatkan uang, menjadi mengajar untuk mendapatkan pahala.
2.      Sarinah
Tolong jelaskan maksud dari karateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu:
a)      Pendidikan diselengarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarki.
Jawab: Maksudnya adalah pendidikan didelenggarakan oleh sebuah institusi atau lembaga khusus dan dibagi kedalam jenjang misalnya jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama yang memiliki hubungan yang hirarki yaitu memiliki hubungan yang satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan. Misal dari jenjang PAUD ke TK dulu, baru ke SD, SMP, SMA dan seterusnya. Jenjang tersebut tidak bias dilangkahi. Misal dari PAUD langsung ke SMA.
b)      Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relative homogen.
Jawab: Homo itu artinya sama, sejenis. Maksudnya usia anak disuatu jenjang itu relative sama. Misal usia anak kelas 1 SD rata-rata usianya 7 tahun. Tidak usia anak kelas 1 SD ada yang 3/15/10 tahun.
c)      Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
Jawab: iya. Karena telah ditentukan oleh pemerintah. Seperti jenjang SD waktu tempuh pendidikannya 6 tahun. Jenjang SMP dan SMA 3 tahun. Dst.
d)     Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
Jawab:  Ya benar sperti yang telah kita ketahui dijenjang sekolah umum bahwa rata-rata materinya bersifat akademis dan umu seperti bahasa inggris, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika sementara agama hanya 1 minggu sekali selama 2jam.
e)      Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan dimasa yang akan datang.
Jawab:  Benar. Selama ini kurukulum sering diganti merupakan salah satu usaha agar pendidikan mampu menjadi sebuah jawaban kebutuhan dimasa yang akan dating.
3.      Helmi
 Dalam makalah anda didebutkan bahwa seorang guru harus memiliki prinsip motivasi dan memudahkan anak muridnya.
a)      Sebutkan contoh motivasi yang harus dimiliki oleh guru!
Jawab: ada begitu banyak motivasi yang harus dimiliki guru seperti yang telah dibahas pemakalah sebelumnya. Ya menurut saya tentunya secara umu guru harus ampu memotivasi anak didiknya bias dengan cara memberikan pujian, senyuman, nilai dan peringkat.
b)       Dan jelaskan maksud hadits “Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim-muslimah. Dan meletakkan ilmu tidak pada tempatnya seperti mengikat beberapa babi dengan intan, mutiara, dan emas”.
Jawab: Hadits tersebut menjelaskan yang pertama: bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ,tidak pandang usia, kecil, muda, tua, semua diwajibkan untuk mencari ilmu. Didalam ayat Al-qur’an pun Allah berjanji, untuk meninggikan derajat bagi mereka yang berilmu. Yang kedua: seekor babi yang dengan intan, mutiara, dan emas. Bahwasanya seekor babi yang najis diikat dengan intan yang mana harganya sangatlah mahal, hal tersebut sangatlah sia-sia. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi justru melakukannya untuk kejahatan ataupun orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, itu sangatlah sia-sia
4.      Riza Zainuddin Noor
Dalam makalah anda tolong jelaskan:
a)       Karenanya Imam AbuYazid mengatakan “Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka syeikhnya adalah syetan.” Bagaimana ceritanya sementara saya dipondok sering disuruh membaca kitab oleh guru dan mengartikannya sendiri, kami belajar otodidaklah?!
Jawab: menurut saya hal tersebut tidak termasuk dalam kategori belajara tanpa guru. Kenapa? Karena jelas sekali dari kalimat anda, bahwa anda membaca dan megartikan kitab tersebut disuruh oleh guru. Jadi jelas bahwa anda memiliki guru yang bisa  tanyai ketika tidak paham. Sama seperti halnya guru disekolah sering member PR bukan berarti kita belajar sendiri/ otodidak, karena ketika kita keliru ada yang meluruskan.
b)      Maka nyatalah kesesatan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegasakan “Barang siapa yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum”.
Jawab:  maksudnya bahwa bagaimana tidak, hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak denga adanya guru. Misal kita mau mengadili orang yang bersalah, tapi tidak ada hakimnya (orang yang paham hukumnya) bisalah seperti itu? Begitu juga dengan menuntut ilmu, mau belajar tapi tidak ada gurunya(orang yang punya ilmunya) bisalah? Tidak kan.?!
c)      “Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang yang berilmu, lalu para syuhada”(HR. Ibnu Majah). Dalam makalah anda golongan orang yang mendapat syafaat hanya 3 sementara saya cari di syeikh  Google  golongan orang yang mendapat syafaat ada 7 ?!
Jawab: ada banyak hadits yang menyingung tetntang golongan yang diberi syafaat. Termasuk seperti yang anda katakana di Google ada 7 golongan, mengapa dimakalah anda hanya ada tiga? Ya itu perbedaan khilafiyah ya, kita tidak tahu yang mana yang benar. Bias yang 7golongan itu yang benar, bias yang 3golongan itu yang benar. Atau keduanya salah, atau bias juga keduanya benar. Dan mohon maaf ya, hadits ini tidak saya ambil dari syeikh Google melainkan saya ambil dari kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Ghazhali dan saya punya kitabnya dan saya juga mampu menunjukannya. Walaupun saya tahu ada beberapa ulama yang merugukan isi kitab tersebut karena ada hadits dho’ifnya. Tapi saya berpegang bahwa ketika hal tersebut merupakan sebuah kebaikan dan tidak menyesatkan maka tidak apa-apa dipakai, sama seperti halnya dulu kita menganggap  “Kebersiahan merupakan sebagian dari iman”, merupakan sebuah hadits. Apakah itu hadits? Bukan ! tapi mengapa saat ini orang masih memakainnya dan banyak ditempel dimesjid-mesjid dan menjadi slogan dimana-mana? Karena kita menggap hal tersebut baik dan tidak menyesatkan.





[1]  Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin,(Jakarta: Sahara Publishers, 2010), Cet ke-7, h. 33.
[2] Ibid, h. 34.
[3] Ibid.
[4] http//:yuliarizky.blogspot.com, diakses Kamis, 24 Oktober 2013,  10.32 WITA.
[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), Cet ke-1, h. 9.
[6] Ibid, h. 7.
[7] Muslich Shabir, Terjemahan Riyadus Shalihin II, (Semarang: PT Karya Toha Putra,2004), Cet ke-2, h.176.
[8] http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[9] http//:yuliarizky.blogspot.com, op. Cit
[10] Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Pendidikan Bercorak Indonesia,(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2007), Cet ke-2, h. 20.

;;


Shout Box

Followers

Page Views

 

My Blog List

Twitter

Designed by Miss Rinda | Inspirated by Cebong Ipiet | Image by DragonArtz | Author by YOUR NAME :)